Minggu, 30 Juli 2017

Ketamakan Menggelapkan Hati

0 Comments

Sahabat muslim yang dirahmati Allah

Dalam kesempatan kali ini, penulis akan sedikit membahas tentang “Tamak”, apa pengertian dari tamak itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Tamak” memiliki arti selalu ingin memperoleh sesuatu yang banyak untuk diri sendiri. Tamak bisa disamakan dengan serakah atau rakus yang sama-sama bermakna negative dimana orang yang tamak selalu ingin mendapat lebih daripada orang lain.

Orang yang memiliki sifat tamak terhadap duniawi akan menyebabkan orang tersebut diperbudak oleh dunia, apa-apa yang dia lakukan dalam kehidupan sehari-hari akan terlihat seperti orang yang tidak mau mengalah dan selalu ingin menang sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Misalnya, dalam urusan harta orang yang tamak ingin selalu  mendapatkan harta yang banyak daripada orang lain, meskipun itu keluarganya sendiri. Saat menikmati hidangan dan makanan, orang yang tamak ingin selalu memperoleh bagian yang lebih banyak daripada orang lain, sehingga dia akan merasa  puas dan kenyang, dan masih banyak contoh perilaku tamak yang lainnya.

Ketamakan itu sangat dibenci oleh Allah dan Rosulullah SAW, karena ketamakan dapat mengakibatkan hati seseorang menjadi tidak tenang karena selalu dikejar-kejar nafsu untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya meskipun harus menempuhnya dengan cara yang haram. Ketamakan juga bisa membuat hilangnya kebijaksanaan dan hatinya para ulama. Seperti sebuah hadis:

“Ketamakan akan menghilangkan kebijaksanaan dan hati para ulama
(H.R Ath_thabrani)

Seorang Guru, dosen, ustadz, kyai, jika mempunyai sifat dan perilaku Tamak pun masih bisa berbuat kesalahan, apalagi kita yang orang awam,  terkadang masih terjerumus kedalam nafsu duniawi yang menggelapkan hati.

Sahabat Muslim, sudahkah kita menghilangkan sifat dan perilaku tamak dari dalam diri kita?, ataukah kita masih sering merasa ingin memperoleh sesuatu yang lebih banyak daripada orang lain? Ingatlah sahabat, bahwasanya Allah SWT tidak memerintahkan kita untuk memiliki harta yang banyak,  namun Allah lebih senang jika hambanya memiliki harta yang tidak bisa dinilai oleh uang, yaitu kekayaan jiwa. Seperti sebuah hadis:

“Kekayaan bukan banyaknya harta benda yang dimiliki, akan tetapi kekayaan jiwa (H.R Al-Bukhari)

          Sahabat Muslim, marilah kita senantiasa membenahi diri kita masing-masing, berusaha untuk menghindari sifat dan perilaku tamak yang dibenci Allah ini, dengan cara apa?, banyak cara yang bisa kita lakukan, salah satunya kita bisa belajar untuk menjadi orang yang pemurah. Orang yang senantiasa berusaha menjadi orang yang bermurah hati, maka sifat tamak itu perlahan-lahan akan lenyap. Selain itu kita juga akan mendapatkan kemurahan dari Allah SWT. Seperti dalam sebuah hadis:

“Kemurahan hati adalah dari (harta) kemurahan hati dan pemberian Allah. Bermurah hatilah, niscaya Allah akan bermurah hati kepadamu”
(H.R.Ath-Thabrani)

Selain itu orang yang pemurah, akan terhindar dari api neraka, seperti dalam sebuah hadis :

“Orang yang bermurah hati adalah dekat dengan Allah, dekat dengan sekalian manusia dan jauh dari api neraka” (H.R.Tirmidzi)


Referensi :

Hidayat, Soleh. 2011. Kumpulan Hadis Tentang Akhlak Tercela. Jakarta : CV Megah Jaya



Penulis

SUKARMAN

Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Senin, 17 Juli 2017

Jauhilah Perbuatan Zalim

0 Comments

Sahabat Muslim yang dirahmati Allah,

Dalam tulisan kali ini, penulis akan sedikit membahas tentang “Perbuatan Zalim”,apa itu perbuatan zalim?,

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Zalim” memiliki arti bengis; tidak menaruh belas kasihan; tidak adil; kejam. Menurut buku yang ditulis oleh Soleh Hidayat dalam bukunya yang berjudul “Kumpulan Hadis Tentang Akhlaq Tercela”, Zalim memiliki arti menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya atau sesuatu perbuatan yang melampaui batas-batas kemanusiaan dan menentag kebenaran atau ketentuan.

Selain itu, Zalim disini juga merupakan sifat yang selalu ingin menguasai hak milik orang lain dan melampaui aturan-aturan Allah. Orang-orang yang zalim selalu berusaha berbuat aniaya terhadap orang lain dengan segala cara yang ia tempuh. Padahal Allah SWT sangat membenci orang-orang yang berbuat zalim, baik itu zalim kepada-Nya, kepada makhluk lain maupun zalim kepada dirinya sendiri. Seperti dalam sebuah hadis berikut ini :

Dari Abi Dzar Ra, dari Rasulullah SAW di dalam firman-Nya Allah SWT berfirman : “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan zalim atas diri-Ku dan mengharamkan pula perbuatan itu terhadap kamu sekalian. Oleh karena itu, janganlah kamu berbuat zalim antar sesamamu” (H.R. Muslim)

Dari hadis diatas kita bisa mengambil beberpa pelajaran bahwa kita tidak boleh zalim kepada Allah, kepada diri sendiri dan kepada sesame makhluk. Dalam buku yang sama, Soleh Hidayat juga menuturkan bahwasanya ada tiga macam kezaliman, yaitu :

Yang pertama, Kezaliman seorang hamba terhadap Tuhannya
Kezaliman ini dilakukan dengan cara mengingkari Allah. Bentuk kezaliman ini juga dilakukan dengan menyekutukan Allah didalam ibadah, misalnya seperti menyembah berhala, menyembah pohon beringin, menyembah batu dan lain sebagainya. Sedangkan dalam hadis seperti yang sudah disebutkan diatas, tentang larangan zalim terhadap Allah. “Wahai hamba-Ku, Sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan zalim atas diri-Ku”

Yang kedua, Kezaliman seorang hamba terhadap hamba lainnya (makhluk Allah)
kezaliman ini dilakukan dengan cara aniaya terhadap makhluk Allah, seseorang yang berbuat zalim terhdapa orang lain biasanya orang tersebut akan berusaha membuat orang lain celaka, menyakiti, dan bahkan merusah apa yang menjadi hak orang lain. Kezaliman ini tidak hanya berlaku untuk manusia saja, namun kezaliman ini bisa terjadi kepada binatang, tumbuhan dan apa yang ada dialam semesta ini, misalnya, menyiksa binatang, merusak alam tanpa memperdulikan akibatnya dan lain sebagainya.

Yang ketiga, Kezaliman seseorang terhadap dirinya sendiri
Kezaliman terhdapa diri sendiri adalah kezaliman yang sangat bodoh, karena apa? Tentu saja kezaliman ini akan merugikan diri sendiri. Misalnya membiarkan dirinya kotor dengan berbuat dosa dan tidak mau bertaubat, melakukan maksiat kepada Allah SWT dan membiarka diri terjerumus kedalam kesesatan.

Sahabat Muslim, apakah kita sudah menghindari perbuatan zalim tersebut? apakah ibadah kita sudah seratus persen Lillahita’ala ataukah masih karena hal lain? Apakah kita sudah banyak berbuat kebaikan antar sesama, ataukah kita masih sering menzalimi orang lain? Dan apakah kita sudah bisa melepaskan diri kita dari dosa dan kemaksiatan? Marilah sahabat Muslim, kita renungkan bersama hal ini. semoga Allah senantiasa membantu kita untuk menghindari perbuatan zalim tersebut, karena sungguh ancaman dan azab Allah bagi orang-orang yang berbuat zalim itu sangatlah pedih, seperti firman Allah dalam surat Hud ayat 102 :

“Dan begitulah azab Robbmu apabila Dia mengazab (penduduk) negri yng berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras” (Q.S.Hud : 102)

Sahabat Muslim yang dirahmati Allah.

Untuk menghindari perbuatan zalim tersebut tentu saja hal yang harus kita perbuat antara lain sebagai berikut :

Yang pertama, Beribadah selalu dengan hati yang ikhlas Lillahita’ala, tidak karena hal lain, misal beribadah hanya ingin mendapat pujian, hanya ingin dipandang sebagai orang yang soleh, dan lain sebagainya, namun niatkanlah pada hati kita, kita beribadah bukan karena apa pun, melainkan hanya karena Allah SWT.

Yang kedua, perbanyaklah amal soleh, perbanyaklah bersilaturahmi, mempererat tali persaudaraan akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Seperti sebuah hadis :

“Kebaikan yang paling cepat mendapat ganjaran ialah kebajikan dan menyambung hubungan kekeluargaan, dan kejahatan yang paling cepat mendapatkan hukuman ialah kezaliman dan memutuskan hubungan kekeluargaan”. (H.R. Ibnu Majjah)

Yang ketiga, selalu berusaha memperbaiki diri, menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Insya Allah, dengan ini semua kita akan terhindar dari perbuatan zalim dan menghantarkan kita menjadi orang-orang yang soleh yang bertaqwa kepada Allah SWT. Aamiin Ya Robbal’alamiin


Referensi

Hidayat, Soleh. 2011. Kumpulan Hadis Tentang Perilaku Tercela. Jakarta : CV Megah Jaya


Penulis

SUKARMAN

Anak Asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

          

 
back to top