Selasa, 20 Maret 2018

Tipu Daya Dunia

0 Comments

Ali Bin Abi Tholib Karramallahu wajhah pernah mengatakan :

“Jangalah kalian bersedih karena kemiskinan dan kesengsaraan di dunia, karena itu pasti ada akhirnya. Jangan pula kalian berbahagia karena mendapatkan harta dan kenikmatan dunia, karena itu semua akan musnah”.1

Kita semua pasti sudah kerap mendengar ungkapan “urip ning dunyo mung koyo wong mampir ngombe” atau jika dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “Hidup di dunia hanya seperti orang mampir minum”. Ungkapan tersebut bisa jadi renungan untuk kita semua, bahwasanya dunia itu hanya sementara, pasti akan musnah, namun kefanaan dunia itu didukung dengan berbagai kemewahaan dan keindahan yang memanjakan manusia.

Dunia akan selalu memberikan apa saja yang di inginkan oleh manusia, harta, tahta, pasangan, keturunan, kekuasaan dan kenikmatan-kenikmatan yang lainnya, namun dibalik itu semua dunia memiliki peran antagonis yang akan memusnahkan manusia pada saat mereka merasa cintai dunia, sampai-sampai kecintaan mereka terhadap dunia mengalahkan kecintaannya kepada akhirat, sedangkan dunia akan fana sedangkan akhirat akan abadi. Orang-orang seperti inilah yang Allah singgung dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 86 :

“Mereka itulah yag membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka akan ditolong” (Q.S Al-Baqarah : 86)

Dari ayat diatas, kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya jaganlah kita mencintai dunia secara berlebihan. Di dunia memang dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan, apabila  kita menuruti keinginan untuk memiliki kesenangan dunia sampai melupakan kewajiban beribadah kita, bisa diistilahkan seperti “membeli kehidupan dunia”. Sedangkan Allah tidak akan menolong dan tidak akan meringankan azab bagi orang-orang yang seperti itu.

Ungkapan lain pernah disampaikan oleh Lukman Al Hakim yang berpesan kepada anaknya “Wahai anakku. Jual dunia mu dengan akhiratmu, niscaya engkau mendapatkan keuntungan pada keduanya. Jangan jual akhiratmu dengan duniamu, niscaya engkau kehilangan dua-duanya”.

Kata-kata dari Lukman Al-Hakim diatas sama seperti halnya sebuah hadis sebagai berikut :

“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (H.R Imam Ahmad )2


Dari ungkapan Lukan Al Hakim dan hadis diatas bisa diambil pelajaran, bahwasanya barangsiapa yang mengejar akhirat maka dunia akan mengikutinya, dan barangsiapa yang hanya mengejar dunia maka akhirat tidak akan didapat, bahkan duniapun tidak akan didapatkannya pula.

Pertanyaannya lalu bagaimana dengan orang kafir yang kaya raya, bahkan tidak pernah beribadah tapi hidupnya bahagia?

Kalau masalah sperti ini, penulis pernah menyampaikan di artikel seblumnya yang berjudul “Istidraj”, seperti dalam Al-Qur’an, Allah juga sudah menjelaskan istidraj. Seperti dalam surat Al-An’am ayat 44 :

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Q.S Al-An’am : 44)

Orang yang terbuai dengan dunia dan melupakan akhirat namun mendapatkan kesenangan dunia itu adalah orang-orang yang diberi kesenangan sementara oleh Allah SWT. Disaat pada puncak kesenangan dan kelalaian mereka Allah pasti akan mencabut kesenangan itu dan menggantinya dengan azab yang sangat pedih.

Maka dari itu sahabat muslim semuanya, jaganlah kita terbuai dengan gemerlapnya dunia. Boleh-boleh saja ingin medapatkan kebahagiaan dunia, namun jangan pernah melupakan akhirat.

Referensi :

[1] Al-Habib Umar bi Hafizh. 2009. Amal Pemusnah Kebaikan. Jakarta : Noura Books (PT Mizan Publika)



Penulis

SUKARMAN

Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top