Ali
Bin Abi Tholib Karramallahu wajhah
pernah mengatakan :
“Jangalah kalian bersedih karena
kemiskinan dan kesengsaraan di dunia, karena itu pasti ada akhirnya. Jangan
pula kalian berbahagia karena mendapatkan harta dan kenikmatan dunia, karena
itu semua akan musnah”.1
Kita semua pasti sudah kerap mendengar ungkapan “urip ning dunyo mung koyo wong mampir
ngombe” atau jika dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “Hidup di dunia
hanya seperti orang mampir minum”. Ungkapan tersebut bisa jadi renungan untuk
kita semua, bahwasanya dunia itu hanya sementara, pasti akan musnah, namun
kefanaan dunia itu didukung dengan berbagai kemewahaan dan keindahan yang
memanjakan manusia.
Dunia akan selalu memberikan apa saja yang di
inginkan oleh manusia, harta, tahta, pasangan, keturunan, kekuasaan dan
kenikmatan-kenikmatan yang lainnya, namun dibalik itu semua dunia memiliki
peran antagonis yang akan memusnahkan manusia pada saat mereka merasa cintai
dunia, sampai-sampai kecintaan mereka terhadap dunia mengalahkan kecintaannya
kepada akhirat, sedangkan dunia akan fana
sedangkan akhirat akan abadi. Orang-orang seperti inilah yang Allah singgung
dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 86 :
“Mereka itulah yag membeli
kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azab
bagi mereka dan tidak pula mereka akan ditolong” (Q.S Al-Baqarah : 86)
Dari ayat diatas, kita bisa mengambil pelajaran
bahwasanya jaganlah kita mencintai dunia secara berlebihan. Di dunia memang
dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan, apabila kita menuruti keinginan untuk memiliki
kesenangan dunia sampai melupakan kewajiban beribadah kita, bisa diistilahkan
seperti “membeli kehidupan dunia”. Sedangkan Allah tidak akan menolong dan tidak
akan meringankan azab bagi orang-orang yang seperti itu.
Ungkapan lain pernah disampaikan oleh Lukman Al
Hakim yang berpesan kepada anaknya “Wahai anakku. Jual dunia mu dengan
akhiratmu, niscaya engkau mendapatkan keuntungan pada keduanya. Jangan jual
akhiratmu dengan duniamu, niscaya engkau kehilangan dua-duanya”.
Kata-kata dari Lukman Al-Hakim diatas sama seperti
halnya sebuah hadis sebagai berikut :
“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah
dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di
kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan
yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah
negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di
hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (H.R Imam Ahmad )2
Dari ungkapan Lukan Al Hakim dan hadis diatas bisa
diambil pelajaran, bahwasanya barangsiapa yang mengejar akhirat maka dunia akan
mengikutinya, dan barangsiapa yang hanya mengejar dunia maka akhirat tidak akan
didapat, bahkan duniapun tidak akan didapatkannya pula.
Pertanyaannya
lalu bagaimana dengan orang kafir yang kaya raya, bahkan tidak pernah beribadah
tapi hidupnya bahagia?
Kalau
masalah sperti ini, penulis pernah menyampaikan di artikel seblumnya yang
berjudul “Istidraj”, seperti dalam
Al-Qur’an, Allah juga sudah menjelaskan istidraj.
Seperti dalam surat Al-An’am ayat 44 :
“Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan
apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.
(Q.S Al-An’am : 44)
Orang
yang terbuai dengan dunia dan melupakan akhirat namun mendapatkan kesenangan
dunia itu adalah orang-orang yang diberi kesenangan sementara oleh Allah SWT.
Disaat pada puncak kesenangan dan kelalaian mereka Allah pasti akan mencabut
kesenangan itu dan menggantinya dengan azab yang sangat pedih.
Maka dari itu sahabat muslim semuanya, jaganlah kita
terbuai dengan gemerlapnya dunia. Boleh-boleh saja ingin medapatkan kebahagiaan
dunia, namun jangan pernah melupakan akhirat.
Referensi :
[1] Al-Habib Umar bi
Hafizh. 2009. Amal Pemusnah Kebaikan. Jakarta : Noura Books (PT Mizan Publika)
[2] Al_Manhaj.or.id
Penulis
SUKARMAN
Anak asuh Yayasan Kemaslahatan
Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar