Sahabat muslim yang dirahmati Allah SWT, Manusia
tidak luput dari namanya ujian yang diberikan oleh Allah, baik itu ujian berupa
kenikmatan maupun ujian berupa musibah, karena pada hakikatnya ujian kita bukan
hanya hal-hal yang berupa musibah saja, namun juga berupa kenikamatan. Hal ini
merupakan tolak ukur ketaqwaan manusia kepada Allah SWT, apakah ketika mendapat
ujian berupa musibah manusia bisa bersabar dalam menghadapinya atau malah
berkeluh kesah dan putuh asa, serta apakah ketika mendapat ujian berupa
kenikmatan manusia semakin bersyukur atau malah kufur nikmat.
Dalam kitab suci Al-Qur’an juga sudah dijelaskan
bahwasanya Allah akan menguji manusia dengan berbagai macam ujian.
“Dan sungguh akan Kami berikan
ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S Al-Baqoroh : 155)
Ketika kita mendapatkan musibah yang berbelit-belit
dalam hidup kita, Allah SWT tidak memerintahkan kita untuk bagaimana cara kita
menyelesaikan masalah, namun Allah memerintahkan kita untuk bersabar dan kembali kepada Allah SWT dengan shalat,
karena hanya kepada Allah lah kita akan mendapatkan jawaban dari apa yang
sedang menyelimuti kita.
“Jadikanlah Sabar dan shalat sebagai
penolongmu….” (Q.S. Al-Baqoroh : 45)
Sering kali kita merasa pintar dihadapan Allah,
seringkali kita mengukur kekuatan kita melalui akal pikiran kita bukan dengan
ketaqwaan kita. Ketika sedang tepatuk dengan
keadaan yang sulit, terkadang kita berpikir bagaimana caranya bisa keluar dan
menyelesaikan semua masalah ini, namun kita lupa kepada siapa yang dapat
memberikan jalan keluar disetiap masalah, kita lupa kepada Allah, kita lupa
memohon pertolongan dari Allah SWT.
Kita bisa belajar dari nabi Musa ‘Alaihisalam, dalam Al-Qur’an juga sudah
diceritakan di surat Al-Baqoroh ayat 50 yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Kami belah
laut untukmu lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan
pengikut-pengikutnya, sedang kamu sendiri menyaksikan” (Q.S Al-Baqoroh : 50)
Ketika Nabi Musa bersama kaum bani israil
dikejar-kejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya yang keji, sedangkan mereka
terhalang oleh laut merah, para pengikut Nabi Musa sudah mulai putus asa, karena mereka mengira
akan tertangkap oleh fir’aun. Namun Nabi Musa terus memohon pertolongan kepada
Allah dan berserah kepada-Nya. Akhirnya Allah memerintahkan Nabi Musa untuk
mengankat tongkatnya sehingga laut merah menjadi terbelah.
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa,
Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap
belahan seperti gunung yang besar.”
(Q.S Asy-Syu’ara : 63)
Ketika laut
merah telah terbelah, Nabi Musa dan para pengikutnya pun dapat melewatinya. Seketika
Nabi Musa dan pengikutnya telah sampai diujung laut merah, pasukan fir’aun
masih berada ditengah-tengah laut merah, kemudian dengan izin Allah laut merah
yang tadinya terbelah seketika menyatu kembali dan menenggelamkan Fir’aun dan
bala tentaranya.
Dari kisah nabi Musa kita bisa belajar bahwasanya
manusia tidak berdaya ketika ditimpa ujian berupa musibah dan kebigungan, tanpa
pertolongan Allah SWT. Ketika kita merasa sudah putus asa, sudah tidak bisa
menemukan jalan keluar dari masalah kita maka kembali lah kepada Allah,
serahkanlah segala urusan kita kepada Allah. Hanya karena kepada Allah lah kita
memohon pertolongan :
“Iyya kana’budu
waiyyaka nasta’iin.”
“Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau lah kami memoho pertolongan”. (Q.S. Al-Fatihah : 4)
Referensi
:
Penulis
SUKARMAN
Anak
asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar