Selasa, 20 Maret 2018

Penyakit Lisan

0 Comments

Sahabat Muslim yang dirahmati Allah SWT.

Kita perlu bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang telah diberikan kepada kita, mulai dari mata, hidung, mulut, tangan, kaki, nyawa dan masih banyak lagi, sesungguhnya begitu banyak nikmat Allah yang telah kita dapatkan, maka manakah nikmat Allah yang akan kita dustakan? Fabiayyi alaairabbikuma tukaddziban?

Dari sekian banyak karunia yang Allah berikan, itu merupakan titipan dan amanah untuk kita, amanah tentu saja harus kita jaga dengan baik, karena suatu saat titipan itu akan diambil lagi oleh pemilikNya. Allah telah mengamanahi kita mata, maka kita harus mempergunakan mata kita dengan baik, tidak boleh melihat hal-hal yang telah Allah larang, telinga yang Allah beri harus kita pergunakan untuk medengar sesuatu yang baik, Mulut harus kita gunakan untuk mengucapkan kalimat-kalimat Allah, Kaki harus kita gunakan untuk melangkah ketempat yang di Ridhoi Allah dan masih banyak lagi karunia Allah yang dititipkan kepada kita.

Dari berbagai karunia Allah yang dititipkan kepada kita, ada satu hal yang paling banyak menimbulkan berbagai maksiat dan dosa, yaitu Lisan. Lisan merupakan anggota tubuh yang kecil namun memiliki potensi yang sangat besar untuk menimbulkan dosa, bahkan Lisan adalah kunci keselamatan bagi kita.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda “Kebanyakan dosa anak Adam berasal dari mulutnya”. (H.R Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Selain itu Rasulullah SAW juga pernah bersabda :

“Barangsiapa yang menahan lisannya, Allah tutupi Aibnya, barangsiapa yang bisa menguasai emosinya, Allah lindungi dia dari isksa-Nya, dan barangsiapa yang meminta ampun kepadaNya, Allah terima permohonan ampunannya”. (H.R Ibnu Abi daud, Tirmidzi dan Al baihaqi)

Dalam buku berjudul “Amal Pemusnah Kebaikan” karya dari Al Habib Umar bin Hafizh yang merupakan ringkasan dari bab muhliyat ihya ‘Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali menerangkan ada beberapa penyakit lisan, diantaranya yaitu :

Yang pertama, Ucapan yang tidak perlu

Orang yang banyak berbicara, maka lisannya tidak pernah berhenti untuk mengeluarkan kata-kata yang bukannya buruk, namun merupakan hal yang tidak bermanfaat. Dalam sebuah hadis dijelaskan :

“Diantara tanda kebaikan islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya” (H.R At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Yang kedua, Membicarakan kebathilan

Orang yang mempunyai penyakit lisan selanjutnya adalah membicarakan kebathilan, orang yang sering berbicara hal yang bathil Allah akan murka kepada orang tersebut sampai hari kiamat, seperti sebuah hadis :

“… sungguh seseorang mengatakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah dan ia tidak menyadari bahwa perkataannya itu akan sampai kepada Allah, kemudian Allah pun menuliskan murka-Nya atas orang itu hingga hari kiamat”. ( H.R Imam Bukhari, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Yang ketiga, Perselisihan/ pertengkaran (Khusumah)

Orang yang sering berbicara sampai menimbulkan pertengkarang diantara manusia, maka sungguh Allah sangat membenci orang-orang yang menyulut perselisihan seperti mereka. Seperti sebuah hadis :

“Sungguh orang yang paling dibenci Allah adalah penentang (kebenaran) yang paling keras”. (H.R Imam Bukhari dan Muslim)

Yang keempat, Berkata Kotor dan mencaci

Allah sangat membenci ucapan kotor, karena itu Rasulullah SAW memerintahkan untuk kita menjauhi dalam berbicara kotor, seperti sebuah hadis :

“Rasulullah pernah bersabda “Jauhilah kata-kata kotor.  Sesungguhnya Allah tidak menyukai ucapan kotor dan kesengajaan mengucapkan kata kotor” (H.R ahmad dan Muslim)

Yang kelima, Janji Dusta

Orang yang mengingkari janjinya adalah termasuk kedalam golongan orang-orang munafik, yaitu jika berjanji ia mengingkari. Sungguh Allah sangat benci terhadap orang-orang yang mengingkari janjinya. Allah SWT selalu memerintahkan kita untuk memenuhi janji kita, seperti firman Allah :

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah segala janji”. (Q.S Al-Maidah :1)

Yang keenam, Menggunjing

Menggunjing adalah membicarakan orang lain berkenaan dengan sesuatu yang jika ia mendengar, maka ia tidak merasa senang. Baik kekurangan fisik, keturunan, akhlaq, ucapan, urusan agama dan lain sebagainya.

“Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S Al-Hujurat : 12).

Sahabat Muslim, sebenarnya masih banyak penyakit-enyakit yang ditimbulkan oleh lisan, maka dari itu kita harus senantiasa berusaha menjaga lisan kita agar tidak menimbulkan penyakit-penyakit lisan yang dapat menyeret kita kedalam dosa.

Untuk menghindari penyakit lisan maka jika kita tidak bisa berbicara yang mengandung manfaat maka lebih baik diam, karena berdiamlah, maka kita akan selamat :

Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barangsiapa yang diam, ia selamat” (H.R At-Tirmidzi)

Selain itu Rasulullah SAW juga pernah bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir; hendaknya ia berkata yang baik atau diam” (H.R Imam Bukhari dan Muslim)


Referensi :
Al-Habib Umar bi Hafizh. 2009. Amal Pemusnah Kebaikan. Jakarta : Noura Books (PT Mizan Publika).


Penulis

SUKARMAN

Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tipu Daya Dunia

0 Comments

Ali Bin Abi Tholib Karramallahu wajhah pernah mengatakan :

“Jangalah kalian bersedih karena kemiskinan dan kesengsaraan di dunia, karena itu pasti ada akhirnya. Jangan pula kalian berbahagia karena mendapatkan harta dan kenikmatan dunia, karena itu semua akan musnah”.1

Kita semua pasti sudah kerap mendengar ungkapan “urip ning dunyo mung koyo wong mampir ngombe” atau jika dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “Hidup di dunia hanya seperti orang mampir minum”. Ungkapan tersebut bisa jadi renungan untuk kita semua, bahwasanya dunia itu hanya sementara, pasti akan musnah, namun kefanaan dunia itu didukung dengan berbagai kemewahaan dan keindahan yang memanjakan manusia.

Dunia akan selalu memberikan apa saja yang di inginkan oleh manusia, harta, tahta, pasangan, keturunan, kekuasaan dan kenikmatan-kenikmatan yang lainnya, namun dibalik itu semua dunia memiliki peran antagonis yang akan memusnahkan manusia pada saat mereka merasa cintai dunia, sampai-sampai kecintaan mereka terhadap dunia mengalahkan kecintaannya kepada akhirat, sedangkan dunia akan fana sedangkan akhirat akan abadi. Orang-orang seperti inilah yang Allah singgung dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 86 :

“Mereka itulah yag membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka akan ditolong” (Q.S Al-Baqarah : 86)

Dari ayat diatas, kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya jaganlah kita mencintai dunia secara berlebihan. Di dunia memang dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan, apabila  kita menuruti keinginan untuk memiliki kesenangan dunia sampai melupakan kewajiban beribadah kita, bisa diistilahkan seperti “membeli kehidupan dunia”. Sedangkan Allah tidak akan menolong dan tidak akan meringankan azab bagi orang-orang yang seperti itu.

Ungkapan lain pernah disampaikan oleh Lukman Al Hakim yang berpesan kepada anaknya “Wahai anakku. Jual dunia mu dengan akhiratmu, niscaya engkau mendapatkan keuntungan pada keduanya. Jangan jual akhiratmu dengan duniamu, niscaya engkau kehilangan dua-duanya”.

Kata-kata dari Lukman Al-Hakim diatas sama seperti halnya sebuah hadis sebagai berikut :

“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (H.R Imam Ahmad )2


Dari ungkapan Lukan Al Hakim dan hadis diatas bisa diambil pelajaran, bahwasanya barangsiapa yang mengejar akhirat maka dunia akan mengikutinya, dan barangsiapa yang hanya mengejar dunia maka akhirat tidak akan didapat, bahkan duniapun tidak akan didapatkannya pula.

Pertanyaannya lalu bagaimana dengan orang kafir yang kaya raya, bahkan tidak pernah beribadah tapi hidupnya bahagia?

Kalau masalah sperti ini, penulis pernah menyampaikan di artikel seblumnya yang berjudul “Istidraj”, seperti dalam Al-Qur’an, Allah juga sudah menjelaskan istidraj. Seperti dalam surat Al-An’am ayat 44 :

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Q.S Al-An’am : 44)

Orang yang terbuai dengan dunia dan melupakan akhirat namun mendapatkan kesenangan dunia itu adalah orang-orang yang diberi kesenangan sementara oleh Allah SWT. Disaat pada puncak kesenangan dan kelalaian mereka Allah pasti akan mencabut kesenangan itu dan menggantinya dengan azab yang sangat pedih.

Maka dari itu sahabat muslim semuanya, jaganlah kita terbuai dengan gemerlapnya dunia. Boleh-boleh saja ingin medapatkan kebahagiaan dunia, namun jangan pernah melupakan akhirat.

Referensi :

[1] Al-Habib Umar bi Hafizh. 2009. Amal Pemusnah Kebaikan. Jakarta : Noura Books (PT Mizan Publika)



Penulis

SUKARMAN

Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

 
back to top