Sahabat
Muslim yang dirahmati Allah
Dalam
artikel edisi kali ini, penulis akan sedikit membahas tentang sifat “RIYA”
Riya dalam islam adalah mengerjakan suatu amal
perbuatan tidak dengan didasari karena Allah melainkan agar dilihat dan dipuji
oleh orang lain. Dalam bahasa sehari-hari kita, kata riya biasa disebut dengan
istilah pamer. Seseorang yang didalam hatinya mempunyai penyakit riya biasanya
orang tersebut sering memperlihatkan apa-apa yang ia miliki. Namun terkadang kita tidak bisa menilai seseorang
riya karena yang bisa mengetahui riya tersebut hanyalah dirinya sendiri karena
riya merupakan penyakit hati.
Namun, rosulullah SAW pernah bersabda, bahwasanya
orang riya itu mempunyai tiga ciri:
“Orang yang riya berciri tiga,
yakni apabila dihadapan orang dia giat, tetapi bila sendiri dia malas, dan
selalu ingin mendapatkan pujian dalam segala urusan” (H.R. Ibnu Babawih)
Ada beberapa jenis riya lho sahabat muslim. Dalam
sebuah artikel dijelaskan ada 2 jenis macam riya, yakni :
1.
Riya dunia
Orang yang mempunyai
sifat riya dunia, biasanya berkaitan dengan harta, kedudukan, jabatan dalam
pekerjaan, dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki sifat riya biasanya
akan giat dalam melakukan pekerjaannya di dunia hanya karena mengejar pangkat,
harta, dan kedudukan saja, namun tidak disertai karna Allah dan menyadari
bahwasanya pekerjaan itu juga datangnya dari Allah SWT. Ketika seseorang yang
berambisi ingin mengejar dunia, maka jika ambisinya itu tercapai, ia akan riya
dan memamerkannya kepada orang lain serta ingin mendapatan pujian dari orang
lain karena keberhasilannya, namun jika ambisinya tidak terpenuhi, ,maka ia
akan merasa kecewa dan seperti yang dijelaskan dalam hadis diatas, ia akan
bermalas-malasan.
2.
Riya ibadah
Orang yang mempunyai sifat
riya, dalam beribadah pun tidak didasari lillahita’ala, namun karena ingin
mendapatkan pujian dari orang lain, misalnya orang tersebut rajin sholat ketika
ada teman-temannya, bersedekah dengan memperlihatkannya agar dipuji oleh orang
lain, naik haji hanya karena ingin dipanggil dengan sebutan Haji dan Hajjah.
Semua perbuatan yang tidak didasari karena Allah SWT
tidak akan mendapatkan pahala melainkan akan mendapat balasan dari perbuatan
buruknya. Nah sahabat Muslim, apakah kita sudah terhindar dari penyakit hati
“riya” ini.? ataukah masih ada dalam hati kita sifat dimana kita ingin mendapat
pujian dari orang lain?
Bahaya dari sifat “riya” ini adalah seperti ketika
kita lalai dalam mengerjakan sholat lhoo. Seperti dalam Al-Qur’an Allah SWT
berfirman :
“Maka celakalah bagi orang-orang
yang sholat (yaitu orang yang mengerjakan sholatnya dengan lalai dan riya
dengan amal mereka….” (Q.S Al-Ma’un :
3-5)
Selain itu riya itu juga merupakan syirik kecil,
seperti sebuah hadis yang meriwayatkan :
“Sesungguhnya riya adalah syirik
yang kecil” (H.R.Ahmad dan Al
Hakim)
Karena bahayanya sifat dari riya ini, bahkan ketika
ada seseorang yang memuji walaupn kita tidak berniat untuk riya meminta
pujiannya, kita diperintahkan untuk menaburkan pasir kewajah mereka ,seperti
sabda Rosululloh SAW.
“Bila kamu
melihat orang-orang yang memuji dan menyanjung-nyanjung, maka taburkanlah pasir
kewajah-wajah mereka” (H.R.Ahmad)
Lalu sahabat Muslim bagaimana kita bisa terhindar
dari penyakit hati tersebut?
Agar kita terhindar dari sifat riya, mulailah dari
sekarang kita sandarkan segala amal perbuatan kita hanya karena Allah SWT. Kita
hayati dan kita pahami syair dalam doa iftitah “Inna sholatii wanusukii wamahyaya wamamatii lillahi robbil’alamiin”, yang
artinya “sesunguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah
tuhan semesta alam”.
Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang
terhindar dari penyakit hati “riya” tersebut. Ammin.
Sumber
:
Hidayat, Soleh. 2011. Kumpulan Hadis tentang Akhlak Tercela. Jakarta : CV Megah Jaya
Penulis
SUKARMAN
Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar