Kamis, 12 April 2018

Orang-orang yang Mendapat Rahmat

0 Comments

Sahabat Muslim yang dirahmati Allah SWT,

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memiliki akal dan nafsu. Dengan akal kita bisa berfikir dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sedangkan nafsu akan membuat kita merasa ingin memiliki sesuatu. Nafsu ada yang baik dan ada pula yang buruk, namun tergantung bagaimana kita dapat mengontrol nafsu tersebut.

Dengan diciptakan manusia di muka bumi ini, Allah SWT ingin menjadikan manusia sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga dan memakmurkan bumi, seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku me-ngetahui apa yang tidak Engkau ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 30)

       Manusia memang diperintahkan Allah untuk menjaga bumi dan melestarikannya, namun karena nafsu manusia yang buruk, menjadikan manusia mengiginkan kekuasaan dimuka bumi sampai-sampai menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, termasuk merusak alam. Seperti firman Allah bahwasanya alam ini rusak karena ulah dari manusia itu sendiri.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Q.S. Ar Rum : 41-42)

            Oleh karena itu akal pikiran kita yang telah diberi oleh Allah SWT harus kita gunakan dengan biak, pakailah akal kita untuk memahami dan mengangumi ayat-ayat Allah yang ada dimuka bumi ini, baik itu ayat-ayat Qouliyah maupun ayat-ayat Qouniyah-Nya.

            Namun berhati-hatilah kita dalam menggunakan akal pikiran, karena tidak sedikit ketika kita merasa tahu segalanya, banyak ilmu yang kita dapatkan, dan banyak sesuatu yang bisa kita raih, terkadang kita menjadi lupa bahwasanya, Allah memberikan akal itu agar manusia bisa memahami dan berfikir tentang kebesaran Allah yang ada di jagad raya ini bukan untuk menyombongkan diri.

            Hidup di dunia ini hanyalah sementara, tujuan kita hidup di dunia ini adalah untuk menggapai ridho dan rahmat dari Allah SWT, agar kelak dihari kiamat kita bisa berada dalam barisan orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah SWT.

            Dalam buku yang berjudul “Orang-orang yang mendapat Rahmat” karya dari Syekh ThahaAbdullah Al Afifi menjelaskan ada beberapa orang yang akan mendapat rahmat dari Allah SWT, diantaranya :

Pertama, orang yang bertobat dan melakukan perbaikan.

            Manusia di dunia ini tidak ada yang terbebas dari dosa, kecuali orang-orang yang dima’sum oleh Allah SWT. Namun kalau hanya kita manusia biasa tidak punya keistimewaan, tentu saja pernah melakukan kesalahan. Namun sebaik-baiknya orang yang melakukan dosa ialah orang yang mau mengakui kesalahannya, bertobat kepada Alah dan melakukan hal-hal yang baik.  Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat, dengan catatan harus bertaubat sungguh-sungguh taubatan nashuha, karena Allah hanya akan menerima orang yang benar-benar ingin memperbaiki diri.

“Sesungguhnya taubat disisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan karena kejahilannya, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S An-Nisa’ : 17)

Yang kedua, Mengikuti Al-qur’an dengan harapan dirahmati Allah.

            Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup, bukan hanya untuk umat islam saja, melainkan pedoman hidup bagi semua umat manusia.

“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (Q.S Al-An’am : 155)

            Dalam membaca, memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an merupakan perintah dari Allah SWT. Namun hati kita harus tetap dijaga, jangan sampai hal itu kita lakukan karena hanya ingin mendapat pujian maupun hal lainnya.

            Selain itu ketika ada orang lain sedang membaca Al-Qur’an kita diperintahkan untuk mendengarnya, agar kita mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

“dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dngarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-A’raf : 204).

Yang ketiga, Orang yang beriman, berhijrah dan Berjihad dijalan Allah

            Sesungguhnya Allah SWT, telah memerintahkan kita untuk beriman, berhijrah, dan berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwa, seperti firman Allah dalam al-Qur’an :
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S. At-Taubah : 20-22)

Yang ke empat, Mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar.

            Berdakwah, memanglah tugas bagi kita semua, dakwah artinya mengajak, menyuruh ataupun memanggil. Allah SWT telah memerintahkan kita semua untuk selalu mengajak umat menuju kebaikan dan melarang orang-orang yang berbuat kejahatan. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an :

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran : 104)

            Nah Sahabat Muslim, dari beberapa uraian diatas, kita bisa mengambil pelajaran, bahwasanya hiup di dunia ini hanyalah sementara, maka marilah kita senantiasa beribadah kepada Allah dengan hati yag ikhlas hanya mengharap ridho dan rahmat dari Allah SWT.

            Lahaula walaa quwwata illa billahil’aliyyil ‘adzim


Referensi :

Syekh Thaha Abdullah Al-Afifi. 2007. Orang-orang yang mendapat rahmat. Jakarta : Gema Insani.


Penulis

SUKARMAN

Anak Asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiara Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kewajiban Terhadap Tetangga

1 Comment


Sahabat Muslim yang dirahmati Allah SWT.

Manusia merupakan maklhuk ciptaan Allah yang memiliki dua sisi, yaitu selain menjadi makhluk individualis juga sebagai makhluk sosial. Dalam hal individualis manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dalam bertahan hidup di dunia ini, namun juga tidak bisa ditinggalkan yaitu sosialisasi atau interaksi dalam masyarakat yang harus dilakukan karena manusia tidak bisa bertahan hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia pasti membutuhkan pertolongan orang lain, salah satunya adalah tetangga. Tetangga yaitu masyarakat yang tinggal berada disamping rumah kita, baik itu jaraknya dekat maupun jauh, karena ada sebutan untuk tetangga dekat dan tetangga jauh sesui dengan jarak tempat tinggalnya dari rumah kita. Sebagai makhluk sosial, tentu saja kita harus mempunyai akhlak yang baik dalam berhubungan dengan tetangga, karena jika kita berperilaku baik terhadap tetangga, maka tetangga juga akan berperilaku baik kepada kita. Begitu juga sebaliknya, jika kita bersikap buruk kepada tetangga, maka tetangga akan membenci dan bersikap buruk kepada kita. Selain itu kita mempunyai kewajiban terhadap tetangga lho, kewajiban tidak semata-mata hanya beribadah kepada Allah SWT, namun ada pula kewajiban yang lainnya, salah satunya yaitu kewajiban kepada tetangga.

Dalam sebuah buku berjudul “Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia) karya dari Dr.Rachmat Djatnika dijelaskan beberapa sebab mengapa kita mempunyai kewajiban terhadap tetangga :

Yang pertama, Bahwa tetangga hampir sama seperti saudara kita, seperti dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :

“Jibril selalu menasehatiku tentang tetangga,, sehingga aku mengira bahwa itu akan menajadi waris” (H.R. Bukhari)

Dalam hadis diatas mengindikasikan bahwa Rasulullah sampai mengira bahwa tetangga itu akan menjadi waris, maksud menjadi waris disini yaitu sperti saudara sendiri yang merupakan  ahli waris.

          Yang kedua, bahwa orang yang tidak berbuat baik kepada tetangga termasuk golongan orang-orang yang tidak beriman, seperti sebuah hadis yang meriwayatkan :
“dari Ibnu Zubair Rasulullah SAW pernah bersabda  ‘Bukanlah orang yang beriman, yang dia itu kenyang, sedangkan tetangganya lapar”’ (H.R Bukhari)

          Sebagai makhluk sosial, kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga, bahkan ketika kita bisa mengisi perut kita sehingga kenyang, namun tetangga kita kelaparan, sungguh akan masuk kedalam golongan orang-orang yang tidak beriman. Maka dari itu, apabila kita mengaku orang yang beriman setidaknya kita tidak membiarkan tetangga kita menahan lapar karena tidak mempunyai biaya untuk memenuhi kebutuhan perutnya. Bahkan ketika kita sedang memasak makanan dan bau dari masakan kita itu tercium sampai kerumah tetangga, kita diperintahkan untuk memberi sebagian dari masakan kita untuk tetangga.

          Yang ketiga, berbuat baik dan menghormati tetangga merupakan kewajiban seorang muslim, seperti firman Allah dala Al-Qur’an :

“Sembahlah olehmu akan Allah, janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua Ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (Q.S. An-Nisa : 36)

Selain firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 36 diatas, berbuat baik dan menghormati tetangga juga dijelaskan dalam sebuah hadis :

Dari Abi Syarikh Al-Khuza’I bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat janganlah menyakiti tetangganya” (H.R. Al-Bukhari)

Tetangga merupakan saudara kita, sudah sepantasnyalah kita berbuat baik dan menghormati tetangga, karena tanpa tetangga, kita juga susah dalam melakukan aktifitas sosial. Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai muslim yang beriman, kewajiban kepada tetangga tersebut harus kita laksanakan supaya kehidupan dalam masyarakat semakin harmonis dan dirahmati Allah SWT. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.


Referensi

Dr. Rachmat Djhatnika. 1985. Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia). Surabaya : Pustaka Islam


Penulis

SUKARMAN

Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


 
back to top