Matinya Hati Membuat Derajat Seseorang Lebih Hina Daripada Binatang |
Kita sebagai manusia telah diberikan kelebihan oleh Allah
SWT berupa akal pikiran untuk selalu dapat berfikir terlebih dahulu sebelum
melakukan suatu perbuatan. Sedangkan binatang oleh Allah SWT hanya dikaruniai
nafsu saja, sehingga apabila hati seorang hamba telah mati, maka pola pikirnya
akan cenderung menuruti hawa nafsunya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut derajatnya lebih rendah daripada binatang.
Berbicaa tentang bahaya dari matinya hati seseorang tersebut,
perlu kita ketahui bersama terlebih dahulu, apakah faktor yang dapat
memengaruhi hati seseorang menjadi mati?
Umar Ibn Khattab R.a
diriwayatkan pernah berkata :
“Barang
siapa yang banyak tertawanya, akan sedikit kewibawaannya. Barang siapa yang
suka bergurau, maka ia akan dilecehkan. Barang siapa yang banyak dalam suatu
hal, maka ia akan dikenal dengannya. Dan, barang siapa yang banyak bicaranya,
maka banyak pula kesalahannya. Barang siapa yang banyak kesalahannya, maka
sedikitlah rasa malunya. Barangsiap yang sedikit rasa malunya, maka sedikit pula
sifat wara’nya (kehati-hatiannya). Dan barang siapa sedikit sifat wara’nya,
maka matilah hatinya”
Rasulullah SAW pernah memberikan beberapa nasihat kepada Abu Hurairah R.a, di antara nasihat tersebut adalah perkataan beliau:
“Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati.”
Dalam hadis diatas, kalau kita cermati hal yang menjadi
akar dari matinya hati seseorang ialah yang banyak tertawa, bergurau dan banyak
bicara. Dalam konteks ini, orang yang banyak bicara ialah orang yang banyak
berbicara tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya, tidak ada ilmunya dan
kebanyakan hanya berisi kebohongan. Nabi Muhammad SAW, juga melarang kita untuk
tertawa dan bergurau secara berlebihan. Memang terkadang ketika kita tertawa
dapat membuat kita menjadi lebih rileks, senang, dan bahagia, tetapi jika itu
dilakukan secara berlebihan, maka akan menimbulkan kemadhorotan bagi diri kita
sendiri.
Tidak bisa dipungkiri dalam zaman modern ini bergitu banyak
hiburan yang dapat kita saksikan, baik itu di TV maupun media massa lainnya.
Seperti halnya stand up comedy yang dipentaskan hanya bertujuan agar orang lain
bisa merasa senang kemudian tertawa, tetapi kebanyakan kata-kata yang keluar
dari mulut sang penghibur itu bukanlah hal-hal yang baik dan bermanfaat, tetapi
justru banyak kata-kata yang mengandung kebohongan demi menyenangkan orang
lain.
Dalam Islam, kita memang diperintahkan untuk bisa membuat
orang lain merasa senang, bahkan kita dilarang untuk membuat orang merasa benci
kepada kita, tetapi senangkanlah orang lain dengan cara yang baik dan sopan.
Jika kita cermati, tujuan dari stand up comedy itu
memanglah baik, yaitu mempunyai tujuan untuk menyenangkan orang lain. Ketika
orang lain itu merasa senang, maka kemudian mereka akan tertawa. Tetapi apa
yang terjadi?, tertawa mereka terkadang kebablasan dan tidak bisa terkontrol
karena merasa kata-kata atau tingkah laku si pembawa stand comedy itu lucu
sekali. Tetapi ingat, jika kita sering tertawa yang kebablasan, maka bisa jadi
sedikit demi sedikit akan membuat hati kita mejadi mati sehingga yang kita
butuhkan kerap kali itu bukanlah nasihat dan petuah yang bijak, akan tetapi
adalah sebuah lelucon atau hiburan, tak peduli itu sebuah kebohongan ataupun
tidak, yang penting bisa menimbulkan senang dan tawa.
Jika kita ingin melakukan hal-hal yang sifatnya dapat
menghibur orang lain, lakukanlah dengan cara yang baik
Orang yang terlalu banyak tertawa dan bicara yang tidak
bermanfaat juga tidak akan terlihat kewibawaannya, karena sesungguhnya banyak
tertawa itu membuat hilangnya kewibawaan seseorang.
Umar bin Khatthab R.a berkata,
“Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya. Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.” – (HR. Baihaqii dalam Kitab Syu’abul ‘imaan no: 5019)
Disini kita bukan melarang untuk bercanda maupun tertawa. Bercanda dan tertawa boleh-boleh saja, asalkan jangan lakukan hal itu secara berlebihan. Gunakanlah kebercandaan untuk mencairkan suasana yang terlalu tegang.
Al-Mawardi rahimahullah pernah berkata :
“Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak tertawa, maka hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari melihat hal-hal yang penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu tidak akan memiliki kedudukan dan martabat.” –(Adabud-Dunya wad-Din hal.313, Dar Maktabah Al-Hayat, 1986 M, syamilah)
Oleh
karena itu, kita sebagai muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
hendaklah selalu menjauhi hal-hal yang akan membuat hati kita menjadi mati, dan
berusaha untuk selalu membersihkan hati dari perbuatan-perbuatan kotor,
diantaranya yang dapat kita lakukan ialah :
- Bergurau dan tertawa sewajarnya
- Banyak melaukan perbuatan yang baik, maka kita akan dikenal karena perbuatan itu.
- Berhati-hati dalam berucap, jangan sampai mengucapkan kata-kata yang hanya akan menambah kesalahan.
- Menanamkan dalam diri rasa malu yang benar, terutama malu kepada Allah
- Bersikap hati-hati (wara’) dalam menjalai hidup.
Demikianlah penyebab matinya hati seseorang yang kebanyakan dari kita tida mengetahuinya. Semoga Allah seenantiasa memberikan kita kekuatan untuk selalu taat beribadah kepadaNya, dan selalu dibimbingnya menuju jalan yang lurus, jalan yang akan menghantarkan kita menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Aamiin
p Lahau la wala quwwata illa billahil'aliyyil'adhiim
S Sumber :
Rinaldi Jhon. 2014. Nasihat-nasihat Emas Khulafaur Rasyidin. Yogyakarta : Sabil
p Penulis
S SUKARMAN
a Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta, Alumni Pondok Pesantren Al-Furqon Sanden, Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar