Sebagai umat Islam, kita
diperintahkan untuk mempunyai akhlaqul karimah. Dengan akhlaqul karimah, maka
kita akan menjadi orang-orang yang derajatnya tinggi dimata Allah SWT. karena
pada dasarnya, hal yang paling mulia adalah akhlaq yang baik, bahkan Nabi
Muhammad SAW, adalah manusia paling mulia di dunia dan akhirat, karena
akhlaqnya yang mulia. Nabi Muhammad SAW,
adalah panutan dan idola kita semua, sehingga sebagai umanya sudah seharusnya
kita mencontoh Nabi, salah satunya adalah Akhlaq malu.
Malu adalah akhlak (perangai) yang
mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan
tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat
serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain. [Lihat al-Haya' fî Dhau-il
Qur-ânil Karîm wal Ahâdîts ash-Shahîhah (hal. 9).]
Dalam suatu ungkapan Abu Bakar
Ash-Siddiq R.a pernah berkata :
“Wahai kaum Muslimin sekalian,
malulah kalian kepada Allah. Demi dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya,
sesungguhnya aku bersembunyi dibalik bajuku ketika aku buang hajat ditanah
lapang karena malu kepada Allah” (Shohih Ahmad Syamy, Tahdzib Hilyatul Auliya’
wa Thabaqatul Ashiya’. Hlm. 58)
Banyak keutamaan yang akan kita
dapatkan dengan akhlaq malu, karena malu sesungguhnya adalah Akhlaq Islam.
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah
malu.” (HR.Ibnu
Mâjah)
Karena malu adakah akhlaq Islam, maka
sebagai umat Islam, sepantasnyalah kita harus memiliki rasa malu itu, terlebih
rasa malu kita kepada Allah SWT. kebanyakan kita memiliki rasa malu ketika hanya
melakukan kesalahan didepan umum, atau ketika kita melakukan kesalahan ada
orang yang mengetahuinya, tetapi ketika kita melakukan kesalahan kepada Allah,
seumpama seperti berbohong, melalaikan shalat, melakukan hal yang dilarangan-Nya,
walaupun tidak ada yang melihatnya kita merasa aman, tidak malu sama sekali
kepada Allah SWT, sedangkan Allah adalah Dzat yang Maha Melihat dan Mengetahui.
Oleh karena itu, Malu juga merupakan
sebagian dari cabang iman. Karena jika kita merasa malu, apalagi kepada Allah
SWT, maka kita termasuk orang-orang yang memiliki iman, sedangkan orang yang
tidak mempunyai rasa malu, adalah termasuk dari golongan orang-orang yang tidak
beriman.
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang
paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah
adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu
cabang Iman.” (H.R.
Bukhari)
Akhlaq malu, adalah akhlaq yang akan
menumbuhkan kebaikan, ketika kita mempunyai rasa malu, maka kita akan
senantiasa berpikir seribu kali untuk melakukan suatu perbuatan. Jangan sampai
perbuatan yang akan kita lakukan malah menimbulkan kesalahan, sehingga kita
akan merasa malu, baik itu malu kepada Allah maupun malu kepada sesama manusia.
Jika kita senantiasa bersikap hati-hati dalam bertindak karena rasa malu, maka
kita akan mendapatkan suatu kebaikan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata” (H.R Mutaffaq ‘alaih)
“Malu itu kebaikan seluruhnya” (H.R Bukhari)
Orang yang
memiliki rasa malu akan senatiasa dicintai oleh Allah SWT, karena Allah pun
menyukai orang-orang yang memiliki rasa malu.
Dari Ya’la R.a sesungguhnya Rosulullah SAW pernah bersabda :
“Sesungguhnya Allah itu Maha Pemalu,
Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah satu
dari kalain mandi, maka hendaklah ia menutupi diri.” (H.R Abu daud, An-Nasai)
Tentu saja
kita sebagai umat islam yang ingin sekali menjadi hamba yang dicintai-Nya, maka
kita harus memiliki akhlaq malu itu.
Kucing saja
malu, kenapa kita tidak..?
“Malu lah,
tapi janagan malu-maluin” hehee...
Sumber :
Rinaldi, Jhon. 2014. Nasihat-nasihat Emas Khulafaur Rasyidin.
Yogyakarta : Sabil
Malu Akhlaq Islam
Penulis
SUKARMAN
Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta, Alumni Pondok
Pesantren Al-Furqon Sanden, Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.