Jumat, 28 Oktober 2016

Meneladani Akhlaq Rosululloh

0 Comments
Sumber : Iqro'.net
Sahabat Muslim yang dirahmati Allah SWT,

          Akhlaqul karimah, merupakan hal yang paling dijunjung tinggi oleh Rosululloh SAW, tak heran, jika Rosululloh pun diutus oleh Allah SWT kedunia ini tak lain ialah untuk dapat  menyempurnakan akhlaq manusia.

“Sesungguhnya aku (Rosululloh) diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia”

Selain itu, pada diri Rosululloh SAW memang telah tercerminkan uswatun hasanah (tauladan yang baik) yang menjadikan beliau memiliki kedudukan yang tinggi dimata Allah SWT, dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S.Al-Ahzab : 21)

          Dengan akhlaqul karimah, hubungan antara manusia dengan Allah Dzat Yang Maha Esa akan terjalin dengan baik, karena kita hidup dalam beribadah kepada Allah SWT itupun harus menggunakan akhlaqul karimah, contohnya seperti Akhlaq ketika kita akan melaksanakan ibadah shalat. Misalnya, hukum shalat bagi kaum laki-laki itu sah apabila sudah menutupi auratnya, yaitu antara pusar sampai lutut, sehingga ketika melaksanakan shalat hanya menggunakan sarung tanpa memakai baju atasan itu pun sudah sah, akan tetapi, karena kita akan menghadap Allah SWT Dzat Yang Maha Suci, kita tidak diperkenankan hanya sebatas itu saja, walaupun hal itu sudah sah, namun kita juga harus menjaga akhlaq kita dihadapan Allah SWT. Lha wong ketika kita mau menghadap/ bertemu atasan kita saja memakai pakaian yang sopan, rapi, dan bagus, masak ketika kita mau bertemu dengan Allah SWT hanya memakai pakaian abal-abal saja, kan tidak etis, benar nggak sahabat Muslim?, Nah, untuk itulah, perlu sekali kita menjaga akhlaq dihadapan Allah SWT.

          Dengan akhlaqul karimah, selain hubungan antara kita dengan Allah Sang Maha Pencipta terjalin dengan baik, selanjutnya hubungan antara sesama manusiapun akan terjalin dengan baik pula, karena pada dasarnya manusia itu memiliki dua hubungan yang harus berimbang, yaitu Hablumminalloh (hubungan dengan Allah) dan hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia).

          Nah, sebagai seorang Muslim yang berakhlaqul karimah, kita sudah seharusnya mencontoh teladan umat, yaitu Nabi kita  Muhammad SAW yang merupakan uswatun hasanah bagi umat manusia. Akahlaqul karimah, bukan hanya dituntut untuk dimiliki setiap Muslim saja, akan tetapi, akhalqul karimah harus dimiliki oleh setiap insan di dunia ini, baik itu Muslim mapupun Non-Muslim. Karena jika setiap insan itu memiliki akhlaqul karimah, maka hubungan antar sesama manusia akan terjalin dengan baik, dan bisa terciptanya toleransi antar sesame manusia. Misalnya akhlaq yang dicontohkan Rosululloh SAW, yaitu Rosululloh tidak pernah berkata bohong, beliau selalu jujur, setiap perkataan yang diucapkan beliau tidak ada yang sia-sia belaka, namun selalu memiliki makna kebenaran, karena sejatinya kejujuran itu akan mendatangkan kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan kita kedalam surga, seperti dalam sebuah hadis yang meriwayatkan :


Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’” (H.R Ahmad) [1]

Nah, sebagai insan yang memiliki akhlaqul karimah, kita sudah seharusnya mencontoh beliau, meskipun kepada non-muslim, akan tetapi mereka pasti juga akan lebih menyukai orang-orang yang berkata jujur.  Selain itu, Rosululloh juga merupakan seseorang yang dapat dipercaya, karna sifatnya itu, beliau diberi gelar Al-Amiin (orang yang dapat dipercaya) oleh penduduk Jazirah Arab saat itu. Sebagai insan yang memiliki akhalqul karimah kita juga sepantasnya mencontoh sifat tersebut, lebih-lebih jika orang itu diamanahi menjadi seorang pemimpim yang bertanggung jawab atas rakyat yang begitu banyak. Misalnya di negara kita, presiden adalah seseorang pemimpin yang diberikan kepercayaan oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai seorang penguasa, seorang pemimpin di NKRI, nah, sebagai seorang pemimpin yang telah diberi kepercayaan, haruslah bisa menjaga amanah tersebut, jangan sampai melanggar peraturan, apalagi sampai korupsi dan menyengsarakan banyak orang, karena kelak dihari kitamat akan dipertanyakan tanggungjawabnya selama menjabat sebagai pemimpin.

Begitupun juga kita sebagai individu yang telah diamanahi oleh Allah SWT berupa Nyawa, mata, telinga, mulut, tangan, kaki dan masih banyak lagi yang Allah amanahkan kepada kita, maka kita juga harus bisa menjaga amanah itu, jangan sampai kita menjadi orang-orang yang dzolim, orang-orang yang menganiaya diri sendiri maupun orang lain, misalnya, kita telah diamahai oleh Allah berupa mata untuk bisa melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT di dunia ini berupa ayat-ayat qouliyah maupun ayat-ayat qouliyah-Nya, tetapi kita gunakan mata kita untuk bermaksiat, melihat hal-hal yang dibenci Allah SWT. Maka, Na’udzubillah, jika seperti itu, kita sudah termasuk kedalam golongan orang-orang yang tidak memiliki akhlaqul karimah.

Nah, sahabat Muslim, sebagai seorang Muslim yang memiliki Nabi bergelar Al-Amiinyang dapat dipercaya”, seharusnya kita malu jika kita tidak memiliki akhlaqul karimah yang telah dicontohkan oleh beliau, memanglah kita tidak akan bisa setara dengan beliau yang merupakan manusia paling sempurna, tetapi minimal kita bisa mencontoh akhlaq beliau berupa sifat jujur dan dapat dipercayanya beliau, supaya kita bisa masuk kedalam golongan orang-orang yang mencintai Rosululloh SAW, Aamiin.


Penulis

SUKARMAN


Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Senin, 17 Oktober 2016

Memupuk Taqwa

0 Comments
sumber : hajianton.com
Sahabat Muslim yang dirahmati Allah

          Berbicara tentang taqwa, perlu kita ketahui bersama apa pengertian taqwa itu. Secara garis besar pengertian taqwa ialah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Namun dalam pengertian lain, Taqwa juga bisa diartikan meninggalkan segala sesuatu selain Allah dan orang yang bertaqwa artinya orang yang dapat memelihara dirinya dari menuruti hawa nafsu.

          Dalam Al-qur’an, Allah SWT pun sering menggunakan kata Taqwa yang menjadi tujuan akhir dari semua apa yang kita lakukan. Misalnya dalam Al-qur’an surat Al-baqoroh ayat 183 yang berbicara tentang wajibnya puasa. Kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk berpuasa agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa.

“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”

          Kata taqwa, merupakan akhir dari tujuan kita berpuasa dibulan ramadhan. Begitupun dalam ibadah-ibadah lainnya. Takqwa merupakan tujuan kita melakukan suatu ibadah, karena denga taqwa kita akan mendapatkan keridhoan dari Allah SWT.

          Taqwa itu ibarat sebuah pohon yang harus kita pupuk, agar taqwa bisa semakin tumbuh subur dan tidak dihampiri penyakit-penyakit yang dapat menggerogotinya. Adapun beberapa ikhtiar yang dapat kita lakukan untuk memupuk taqwa tersebut yang penulis kutip dari sebuah buku yang berjudul Taqwa Penyelamat Umat karya dari Drs. Zahri Hamid, antara lain sebagai berikut :

·        Ikhlaskan hati

Hati yang ikhlas merupakan landasan jiwa yang mulia, ketika kita melakukan segala hal haruslah dilandasi dengan hati yang ikhlas. Allah SWT pun juga memerintahkan kita untuk senantiasa beribadah dengsn ikhlas hanya untuk Allah SWT.

“Inna sholatii wanusukii wamahyaaya wamamatii lillahirobbil’alamiin”

“sesunnguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah tuhan semesta Alam”

     Dengan hati yang ikhlas maka insya Allah derajat taqwa itu akan kita dapatkan, karena hanya dengan hati yang ikhlaslah, Allah akan melihat kita dan memberikan ketaqwaan itu kepada kita.

·        Tanamkan rasa Syukur

“Fabi ayyi alaa i robbikuma tukaddziban”,  Nikmat mana lagi yang akan kita dustakan, setelah begitu banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. kita tak pernah menghitung betapa banyaknya kenikmatan yang kita dapatkan sejak kita diciptakan. Ketika nikmatnya kita berada dirahim ibu, kita tak perlu susah-susah mencari makanan, kita tidak perlu untuk bergerak kesana kemari, sampai akhirnya kita terlahir didunia ini, nafas yang Allah berikan, harta yang Allah berikan, kesehatan yang Allah berikan, tak pernah kita dapat menghitungnya, maka pantaskah jika kita tidak bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kita begitu banyak kenikmatan ini.

·        Tanamkan jiwa tawadlu’

Merasalah menjadi makhluk yang hina dihadapan Allah Dzat Yang Maha Tinggi, Dzat yang menciptakan seluruh apa yang ada di jagad raya ini. Merasalah kita ini adalah makhluk yang sangat lemah dan tak berdaya dihadapan Allah, Karena kita ini hanyalah makhluk ciptaan-Nya yang tiada daya kekuatan tanpa pertolongan Allah. Dengan demikian, maka akan timbullah dihati kita jiwa yang bertaqwa yang selalu takut kepada Allah SWT.

·        Bertaubat

Bertaubatlah menyesali diri kita karena kita sudah terlalu banyak melakukan kesalahan, kita tak pernah tahu kapan kita melakukan kesalahan, terkadang kita tak sadar ketika kita melakukan kesalahan dihadapan Allah SWT, hal yang sepele pun terkadang kita hanya meremehkannya. Maka agar taqwa kita bisa terpupuk dan terus terjaga, marilah kita berbanyak memohon ampun kepada Allah SWT.

·        Tanamkan rasa Kauf (takut)

     Tanamkanlah dalam hati kita rasa takut kepada Allah, rasa takut akan murka Allah kepada kita, sehingga dalam setiap tindakan yang akan kita laukan kita senantiasa berhati-hati dalam bertindak, memikirkan hal itu matang-matang jangan sampai hal yang kita lakukan mendatangkan murka Allah SWT.

·        Bersabar

     Bersabar bukan hanya ketika kita mendapatkan musibah saja, tetapi, sepaham penulis sabar itu dibagi menjadi tiga, yakni, sabar dalam ketaatan kepada Allah, yaitu ketika kita beribadah kepada Allah kita harus mempunyai sifat sabar dalam melaksanakannya, ketaatan yang harus kita pertahanakan, seperti misalnya shalat, kita harus bisa bersabar dalam mendirikan shalat, kita tidak boleh tergesa-gesa, dan kita harus melaksanakan shalat itu tiada putus sampai saatnya kita dishalatkan. Yang kedua, sabar dalam kemaksiatan, artinya kita harus bersabar dalam menahan diri kita dari melakukan kemaksiatan. Yang ketiga, sabar dalam menerima takdir. Kita harus bersabar ketika kita mendapatkan musibah dari Allah SWT, karena itu adalah ketetapan yang telah Allah  berikan kepada kita, dan pastilah dibalik musibah itu maka kita akan medapatkan hikmah yang teramat sangat berharga.

     Dengan sikap-sikap yang kita lakukan diatas, insyaAllah hal itu akan membuat ketaqwaan kita kepada Allah SWT semakin terpupuk, semakin kokoh, dan terhindar dari segala penyakit hati. Aamiin.

Sumber ;

Hamid, Drs. Zahri. 1975. Taqwa Penyelamat Umat. Yogyakarta Lembaga Penerbit Ilmiah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Penulis

SUKARMAN

Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Taubat Sebelum Terlambat

0 Comments
sumber : Play.google.com
Sahabat Muslim yang dirahmati Allah SWT,

            Manusia, merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk  lain.  Dalam Al-qur’an surat At-Tin ayat 4 Allah berfirman :

“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Allah SWT telah menciptakan manusia disertai dengan nafsu dan akal, supaya manusia dapat berbuat amal kebaikan lebih banyak. Maka, patutkah kita selalu inkar kepada Allah?, patutkah kita tidak taat kepada Allah?

Sahabat Muslim, terkadang kita berpikir manusia itu memanglah makhluk yang lemah, makhluk yang tak pernah luput dari kesalahan dan dosa, bahkan dosa itu merupakan fitrah daripada manusia, yang selalu mengiringi manusia. Allah SWT menciptakan dosa, tetapi Allah SWT juga menciptakan pahala. Ketika manusia berbuat kesalahan dan dosa, Allah SWT masih memberi jalan keselamatan bagi hamba-Nya dengan cara membuka pintu taubat. Betapa kasih sayang Allah itu begitu luas, sehingga Dia masih sudi memberikan kesempatan kepada hamb-Nya yang berlumuran dosa untuk membersihkan diri dari dosa dengan cara bertaubat.

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudia ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S.An-Nisa:110)

            Manusia memanglah makhluk yang paling tidak pernah puas dengan apa yang telah diberikan Allah kepadnya. Ketika manusia merasa tidak puas, maka ia akan  berusaha untuk menemukan hal-hal baru yang akan membuat dirinya merasa puas, dengan demikian, terkadang hati manusia  tertutup oleh keburukan yang dilakukannya, sehingga kehilangan jalan lurus, jalan yang telah ditunjukan oleh Rosululloh, dan terperosok kedalam jurang yang penuh dengan dosa.

            Tetap ingatlah sahabat muslim, Allah masih selalu memberikan kesempatan kepada hamba-hamba-Nya yang berusaha membersihkan diri dari dosa, maka janganlah kita berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah. Karea Allah SWT berfirman :

“Katakanlah : “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sndiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S.Az-Zumar : 53)

Manusia memanglah makhluk yang tak pernah luput dari dosa, tetapi karena dosa itulah terkadang kita bisa sadar dan mau merubah diri kita menjadi manusia yang lebih baik lagi. Allah sangat menghargai hamba-hamba yang berdosa tapi mau untuk bertaubat, karena Allah pun akan memaafkan kesalahan-kesalahan kita.

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka…” (Q.S.As-Syura : 25)

            Kemudian muncul dibenak kita, taubat yang bagaimana sih yang akan diterima oleh Allah SWT?. Sahabat Muslim, memanglah taubat itu hanya diri kita dan Allah saja yang tahu. Jika kita benar-benar ingin bertaubat dari dosa-dosa kita yang kita perbuat, kita harus meninggalkan segala hal yang dibenci oleh Allah dan menuju kepada hal-hal yang dicintai-Nya baik secara dhohir maupun batin. Selama nafas masih berdesah, selama jantung kita masih berdetak, segeralah kita memohon ampunan kepada Alloh SWT, dengan Taubatan nasuha, taubat yang sesungguhnya,  insya Allah kita akan termasuk kedalam golongan orang-orang yang beruntung. Aamiin.

            Sahabat Muslim, adapun hal-hal yang harus kita lakukan ketika kita benar-benar ingin bertaubat, penulis mengambil referensinya dari sebuah buku berjudul “Taubat Surga Pertama Anda” karya dari Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Al-Hamd, diantaranya:
ü  Meninggalkan perbuatan dosa
ü Menyesali apa yang pernah dilakukan, minimal ada perasaan menyesal terhadap perbuatan itu. Adapun kuat dan lemahnya penyesalan, tergantung dari kualitas taubat.
ü  Mengetahui kehinaan perbuatan dosa.
ü  Keinginan keras dalam hati untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat itu lagi.
ü  Memperbaiki apa saja yang mungkin dikerjakan, seperti mengembalikan barang yang diambil dan yang semisalnya.
ü   Taubat hanya boleh dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT.
ü  Taubat hendaknya dilakukan sebelum napas sampai tenggorokan.

ü   Taubat hedaknya dilakukan sebelum matahari terbit dari barat (kiamat)

Semoga kita selalu diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk  bisa terus berusaha menjauhi dosa-dosa dan dipermudah dalam melakukan amal kebaikan, Aamiin.

Referensi :

Al-Hamd, Syeikh Muhammad Bin Ibrahim. 2007. Taubat Surga Pertama anda. Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i


Penulis

SUKARMAN

Anak Asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Minggu, 02 Oktober 2016

Pentingnya Shalat Jamaah

0 Comments
Sumber : Manhajuna.com

Sahabat Muslim yang dirahmati Allah,

            Pentingnya shalat berjamaah, Allah SWT memerintahkan kita untuk melaksanakan shalat secara berjamaah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

“dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu” (Q.S An-nisa ; 4)

            Shalat berjamaah merupakan perintah yang sangat istimewa bagi kita umat islam. Komparasinya dengan shalat yang hanya dilakukan sendirian (munfarid) dengan shalat berjamaah sangatlah jauh. Jika kita melaksanakan shalat hanya sendirian (munfarid), maka kita hanya akan mendapatkan 1 fadhilah (derajat), sedangkan jika kita melaksanakan shalat secara berjamaah, maka fadhilah yang akan kita dapatkan adalah 27 derajat.

            Seperti sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar secara marfu’ :

“Shalat jamaah lebih afdhol daripada shalat sendirian dengan tingkat kefadhilahan 27 derajat “ (H.R.Muttafaqun alaih)

            Rosulullah SAW sangat menganjurkan kita umatnya untuk selalu melaksanakan shalat secara berjamaah, bahkan ketika ada seorang laki-laki buta yang sulit untuk pergi ke masjid, tetapi ketika ia masih mendengar suara adzan, maka ia tetep diperintahkan untuk shalat berjamaah di Masjid.

Seperti sebuah hadis narasi dari Abu Hurairah Ra, bahwasanya laki-laki tunanetra datang menghadap Rosulullah SAW lalu ia berkata “Wahai Rosulullah, aku tidak memiliki penuntun yang mau menuntunku pergi kemasjid.” Lalu ia meminta diberi keringanan (untuk tidak ikut shalat berjamaah di masjid Nabi), Nabi pun memberinya keringanan. Namun begitu ia membalikkan badan, beliau langsung memanggilnya dan berkata kepadanya, “Apakah kau mendengar panggilan” ia menjawab “Ya”, Beliau menukas, “kalau begitu penuhilah (panggilan adzan)” (H.R.Muslim).

Jika tunanetra saja tetap diperintahkan oleh Rosulullah SAW untuk melaksanakan shalat berjamaah, maka kita yang Alhamdulillah diberikan Allah kesempurnaan (fisik), pastilah kita harus melaksanakan shalat secara berjamaah. Hal ini dimaksudkan tidak lain adalah betapa pentingnya shalat berjamaah itu sendiri.  shalat berjamaah mengandung nilai pembiasaan diri untuk patuh, bersabar, berani, dan tertib aturan, disamping itu niali sosial kemasyarakatan akan semakin kuat.

semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kemudahan dan kekuatan untuk bisa melaksanakan shalat berjamaah, sehingga kita akan mendapatkan kefadhilahan yang lebih besar daripada kefadhilahan kita yang hanya shalat sendirian(munfarid). Aamiin


Referensi :

Prof.Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Prof.Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2009. Fiqih Ibadah. Jakarta : Amzah.



Penulis

SUKARMAN

Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarata dan Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
 
back to top